PENDAHULUAN
Pancasila selama
ini dikenal sebagai ideologi bangsa, sebuah ideologi yang semua pelajar diminta
menghapalkannya sejak kecil. Namun, dewasa ini, banyak pemuda Indonesia yang sudah
melupakan ideologi Pancasila sehingga karakter kewarganegaraan NKRI pun mulai
meluntur.
Dengan tulisan
ini, semoga pemuda Indonesia mulai menyuarakan Pancasila, mencerminkan karakter
yang terkandung di dalamnya, dan memiliki jiwa nasionalisme untuk
mempertahankan keutuhan dan kesatuan NKRI.
PEMBAHASAN
Bagaimana membuat
Pancasila menjadi landasan nyata karakter bangsa ini sehingga berkarakter kuat
sebagaimana bangsa lain yang maju? Para pendiri negara (the founding fathers) pada waktu itu merancang NKRI dengan membahas
mengenai dasar negara yang didirikan. Ir. Soekarno mengusulkan agar dasar
negara yang akan didirikan adalah Pancasila (Sidang I BPUPKI, 29 Mei – 1 Juni
1945), Panca berarti lima dan Sila berarti asas.
Pancasila
sebagai identitas nasional membutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk saling
memberi dan menerima di antara warga bangsa. Pancasila bukan hanya sekedar
identitas dalam wujud lambang yang bersifat fisik, namun lebih kepada sifat
psikis (living reality), yang
mencerminkan watak dan tingkah laku warga Indonesia dalam arti yang luas.
Menurut Hardono Hadi
(1994), Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa mencakup tiga aspek,
yakni:
1. Pancasila sebagai kepribadian bangsa =
mencerminkan nilai-nilai yang telah ada sebagai hasil interaksi antar
kebudayaan.
2. Pancasila sebagai identitas bangsa =
unsur-unsur dasar kebudayaan bangsa Indonesia menjadi cirri khas dari waktu ke
waktu sepanjang hidup berbangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai keunikan bangsa = ketika
unsur kepribadian dan identitas bergaul secara global.
***
“Siapa
sesungguhnya orang Indonesia?”
Orang Indonesia
sesungguhnya adalah warga negara yang mencerminkan karakter Pancasila.
1. Karakter Sila
Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Karakter utama dari sila ini adalah bertakwa. Tuhan menjadi pusat dan
puncak keyakinan. Dia menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna, dilengkapi
‘akal budi’, hal yang tidak dimiliki makhluk lain.
Sebagai manusia yang bertakwa, manusia tersebut mencerminkan sikap
optimis, tidak resah, tidak khawatir, atau tidak kecewa atas apa pun karena
yakin Tuhan menjadi pelindung dan keyakinan menjadi perisai sepanjang dirinya
berada di jalan yang benar.
2. Karakter Sila Kedua, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Setiap manusia terlahir sama seperti kertas putih
yang bersih. Sudah sepatutnya bila sesama manusia saling menghargai. Indonesia
dikenal sebagai negara yang beragam, baik secara suku, bahasa, maupun
keyakinan. Namun, dibalik perbedaan itu sudah sepatutnya masyarakat Indonesia
sama-sama bersatu, bukan sebaliknya.
3. Karakter Sila Ketiga, Persatuan
Indonesia. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, masyarakat Indonesia di
dalam hidupnya selalu berusaha mencari titik temu dengan sesama, agar
b-e-r-s-a-t-u.
4. Karakter Sila Keempat, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Aksi gotong royong dan musyawarah adalah tindakan didasarkan pada sikap yang
kuat bahwa manusia, khususnya warga Indonesia, untuk selalu bersatu.
5. Karakter Sila Kelima, Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam konteks berbangsa dan
bernegara, keadilan sosial itu merupakan buah dari kerja bersama seluruh elemen
bangsa.
Di dalam konteks ini, pemuda lah yang harus disorot secara tajam. Mengapa?
“yang muda yang berkarya” bukan hanya
sebuah ungkapan belaka karena benar adanya. Pemuda Indonesia perlu kembali
menanamkan moral-moral Pancasila untuk membangun negara yang maju. Masa depan
negara ini, bukan semata-mata bergantung pada pejabat negeri ini. Masa depan
Indonesia, digenggam kuat oleh pemuda. Karakter Pancasila harus selalu
ditanamkan sejak kecil, sehingga manusia dalam melakukan perbuatannya selalu
ingat akan norma.
PENUTUPAN
Demikian tulisan ini saya buat. Semoga dengan tulisan ini, kita sebagai
bangsa Indonesia, khususnya kaum pemuda, bisa kembali mengenang arti Pancasila
yang sesungguhnya dan mencerminkan karakter-karakter yang terkandung di
dalamnya.
“Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die
zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden.” – “Aku adalah Garuda,
burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas
kepulauanmu.” (R. M. Noto Soeroto).
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, 2013, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Edisi Ketiga,
PT. Bumi Aksara.
Nama : Nita Indra Saphira
NIM : 15101035
Jurusan : Manajemen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar